Kamis, 02 Juni 2016

hubungan takdir dan usaha

TAKDIR ialah KUASA & KEHENDAK ALLAH SWT, USAHA merupakan PERBUATAN MANUSIA . ALLAH SWT berhak menguji HAMBA-NYA dengan TAKDIR-NYA sedang MANUSIA selaku MAKHLUK-NYA tidak berhak menguji allah swt dengan USAHA nya.

 sebab usaha-usaha manusia sendiri merupakan kuasa allah swt yang di titipkan kepada manusia , manusia tergerak untuk melakukan usaha di sebabkan adanya ilham ( intuisi )  atau niat ( intention ) di dalam hati dan itupun merupakan kehendak allah swt yang di turunkan kepada setiap hati ( Qalbu ) hamba-Nya.

setiap muslim wajib beriman kepada takdir allah swt ( Qadha dan Qadar-Nya ) , sebab dengan hal itu seorang muslim bisa menjadi ridho dan paham segala maksud dari kejadian-kejadian yang dalam kehidupan dan segala apapun yang di peroleh bahwasanya hal itu datang dari allah swt semata, dan tidak ada yang kebetulan di dunia ini, sebab segala sesuatu sudah memiliki ketentuan, ukuran , batasan , dan kadar nya masing-masing. hal ini dapat di pahami bahwa sanya , setiap manusia memiliki keinginan yang berbeda-beda , gairah ( passion ) berupa hobi atau minat, hal ini mempengaruhi manusia dalam menentukan karir di kehidupannya lalu mendorong manusia untuk terampil serta menekuni keahlian berdasarkan latar belakang ke ilmuan nya. ada yang jadi psikolog, dokter, ulama, guru, pedagang, pengusaha, karyawan, dan profesi lainnya sehingga dengan keanekaragaman itu manusia saling membutuhkan satu sama lain, dan tercapailah sarana-sarana silaturahmi ( hablu minannas ) sebagai bentuk syukur atas karunia kehidupan yang allah swt berikan ( hablu minallah ). 

lalu, kalau semuanya diatur , lantas kita harus usaha ?

mengutip salah satu syarah ( komentar ) al-hikam, karya ibn athaillah as-sykandari :

“SIKAP PASRAH TANPA USAHA MERUPAKAN SIKAP KUFUR YANG HALUS SEDANG USAHA TANPA TAWAKAL MERUPAKAN BENTUK KESOMBONGAN YANG TIPIS “

MAKSUDNYA ialah sikap pasrah tanpa di ikuti dengan ikhtiar (usaha ) dapat di sebut kufur karena mengesampingkan potensi anggota badan termasuk pemanfaatan potensi akal, pada golongan ini mereka begitu percaya pada takdir hanya saja mereka memandang segala sesuatu nya dengan dalil takdir, seperti kita mendapati orang yang bermalas-malasan, atau melakukan sesuatu yang mudharat ( sia-sia ) ,

ia akan cenderung berkata ” ah sudahlah ini kan sudah takdir,.. gue kaya gini kan udah dari sana-nya “,

hal ini keliru, sebab usaha merupakan suatu kebutuhan manusia terlebih usaha yang di capai guna mendapat ridho allah swt, wajar saja orang yang banyak tidur, malas-malasan, suka bersantai, banyak duduk dengan bermain hape, cenderung beresiko terkena penyakit karena otot-otot jarang di gerakan yang menghambat perederan aliran darah terutama ke otak, wajar jika orang yang jarang olahraga cenderung kurang semangat, mudah lelah, dan merasa berat melangkah, karena peredaran darah nya kurang lancar dan otot-ototnya atau respon syaraf nya terganggu. karenanya allah swt telah memberikan hambanya kesempurnaan, kedua tangan untuk memberi dan menerima, kedua kaki yang kokoh untuk menuntut ilmu , otak yang cerdas untuk belajar, hati yang jernih sebagai sumber segala niat baik. oleh karenanya allah swt menakdirkan kejayaan ( kesuksesan ) kepada orang-orang yang selalu berusaha ( dalam kebaikan ) dan istiqomah ( mengusahakan kesabaran ) dan allah swt menghendaki keterbelakangan ( kemunduran ) kepada para pemalas, sehingga mereka terjebak oleh persepsi lingkungan nya ( fisis determinism ) , wajar jika ia memandang bahwa perilaku-perilaku dirinya terutama yang kurang baik , seperti ” gue mah jahat karena gue udah di takdirkan jahat ” , padahal hal yang perlu di pahami adalah sadari lah bahwa setiap orang dapat berubah , terutama dari cara pandang nya terutama mengenai USAHA DAN TAKDIR.


selanjutnya mengapa USAHA tanpa TAWAKAL merupakan kesombongan yang tipis ?


karena, apabila kita mengesampingkan allah swt dalam segala gerak-gerik usaha kita, tanpa peduli siapa yang memberikan kekuatan dan nalar untuk bergerak atau beribadah lalu kita beranggapan bahwa segala hasil yang di dapat murni dari hasil kerja keras kita sehingga kita selalu memandang bahwa setiap keberhasilan sejalan lurus dengan hasil usaha kita , karena kita cenderung menumpukan segala sesuatu pada anggota badan, hingga apabila segala nikmat itu kita yang menjemputnya tanpa merasa ada yang memberikannya maka keadaan ini dapat membuat seseorang menjadi sombong, walaupun tidak secara terang-terangan.

memang kita selayaknya patut berusaha se-maksimal mungkin untuk mendapatkan hasil-hasil terbaik karena orang yang hendak mengambil rambutan ( baca : rezeki ) yang masih di pohon ( muka bumi ) , perlu usaha-usaha meliputi keahlian memanjat ( ilmu nya ), sehingga dengan itu ia dapat memetik hasil ( nikmat / kesuksesan ) sesuai yang ia inginkan baik dengan memanjat langsung atau menggunakan alat . hal ini berbeda pada kaum fatalis’ jabariya’ yang memandang bahwa dengan diam di bawah pohon pun ( sikap pasrah ) keberhasilan kalau sudah di takdirkan untuk nya pasti akan datang ( jatuh dari pohon ), namun waktunya hanya di habiskan menunggu dan rezeki yang datang pun , kadang bersumber melalui perantara orang lain ( hasil sedekah ), kadang buah rambutan ( kesejahteraan hidup ) yang di dapat amat sedikit sehingga hidupnya malah bergantung pada orang lain. hal yang perlu di luruskan ialah USAHA pun harus di ikuti dengan niat karena allah ta’ala , istiqomah dalam rangka ibadah, dan paham bahwasanya usaha yang di lakukan segala gerak-gerik dan ide cemerlang itu bersumber dari karunia allah ta’ala sehingga ia tidak berpatokan pada hasil ( ambisius ) dan ia memandang usaha yang dilakukannya pun ialah nikmat yang wajib di syukuri. hal yang saya tekankan ialah jangan mematok ukuran nikmat-nikmat allah swt atau segala bentuk keberhasilan dan kesejahteraan dari banyak nya harta, jangan menjudge si anu miskin karena malas si anu kaya karena pendidikannya tinggi, tidak seperti itu konteksnya, saya tulis ini sebagai bentuk afirmasi diri dan sugesti untuk menjelaskan pemahaman yang keliru mengenai penggunaan dalil-dalil takdir dan kesewenangan usaha manusia , agar saya khususnya fokus pada self-evaluation ( muhasabah )

mudah-mudahan dapat di pahami , bahwa usaha merupakan bagian dari takdir allah swt sehingga dengan memahami hal itu kita selalu tawakal dan lebih yakin atas rencana-rencana allah swt yang belum semuanya kita pahami.

semoga bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar