TAKDIR ialah
KUASA & KEHENDAK ALLAH SWT, USAHA merupakan
PERBUATAN MANUSIA . ALLAH SWT berhak menguji
HAMBA-NYA dengan TAKDIR-NYA sedang MANUSIA selaku
MAKHLUK-NYA tidak berhak menguji allah swt dengan
USAHA nya.
sebab usaha-usaha manusia sendiri merupakan kuasa allah swt yang di
titipkan kepada manusia , manusia tergerak untuk melakukan usaha di
sebabkan adanya ilham ( intuisi ) atau niat ( intention ) di dalam hati
dan itupun merupakan kehendak allah swt yang di turunkan kepada setiap
hati ( Qalbu ) hamba-Nya.
setiap muslim wajib beriman kepada takdir allah swt ( Qadha dan
Qadar-Nya ) , sebab dengan hal itu seorang muslim bisa menjadi ridho dan
paham segala maksud dari kejadian-kejadian yang dalam kehidupan dan
segala apapun yang di peroleh bahwasanya hal itu datang dari allah swt
semata, dan tidak ada yang kebetulan di dunia ini, sebab segala sesuatu
sudah memiliki ketentuan, ukuran , batasan , dan kadar nya
masing-masing. hal ini dapat di pahami bahwa sanya , setiap manusia
memiliki keinginan yang berbeda-beda , gairah ( passion ) berupa hobi
atau minat, hal ini mempengaruhi manusia dalam menentukan karir di
kehidupannya lalu mendorong manusia untuk terampil serta menekuni
keahlian berdasarkan latar belakang ke ilmuan nya. ada yang jadi
psikolog, dokter, ulama, guru, pedagang, pengusaha, karyawan, dan
profesi lainnya sehingga dengan keanekaragaman itu manusia saling
membutuhkan satu sama lain, dan tercapailah sarana-sarana silaturahmi (
hablu minannas ) sebagai bentuk syukur atas karunia kehidupan yang allah
swt berikan ( hablu minallah ).
lalu, kalau semuanya diatur , lantas kita harus usaha ?
mengutip salah satu syarah ( komentar ) al-hikam, karya ibn athaillah as-sykandari :
“SIKAP PASRAH TANPA USAHA MERUPAKAN SIKAP KUFUR YANG HALUS SEDANG USAHA TANPA TAWAKAL MERUPAKAN BENTUK KESOMBONGAN YANG TIPIS “
MAKSUDNYA ialah sikap pasrah tanpa di ikuti dengan ikhtiar (usaha )
dapat di sebut kufur karena mengesampingkan potensi anggota badan
termasuk pemanfaatan potensi akal, pada golongan ini mereka begitu
percaya pada takdir hanya saja mereka memandang segala sesuatu nya
dengan dalil takdir, seperti kita mendapati orang yang bermalas-malasan,
atau melakukan sesuatu yang mudharat ( sia-sia ) ,
ia akan cenderung berkata ” ah sudahlah ini kan sudah takdir,.. gue kaya gini kan udah dari sana-nya “,
hal ini keliru, sebab usaha merupakan
suatu kebutuhan manusia terlebih usaha yang di capai guna mendapat ridho
allah swt, wajar saja orang yang banyak tidur, malas-malasan, suka
bersantai, banyak duduk dengan bermain hape, cenderung beresiko terkena
penyakit karena otot-otot jarang di gerakan yang menghambat perederan
aliran darah terutama ke otak, wajar jika orang yang jarang olahraga
cenderung kurang semangat, mudah lelah, dan merasa berat melangkah,
karena peredaran darah nya kurang lancar dan otot-ototnya atau respon
syaraf nya terganggu. karenanya allah swt telah memberikan hambanya
kesempurnaan, kedua tangan untuk memberi dan menerima, kedua kaki yang
kokoh untuk menuntut ilmu , otak yang cerdas untuk belajar, hati yang
jernih sebagai sumber segala niat baik. oleh karenanya allah swt
menakdirkan kejayaan ( kesuksesan ) kepada orang-orang yang selalu
berusaha ( dalam kebaikan ) dan istiqomah ( mengusahakan kesabaran ) dan
allah swt menghendaki keterbelakangan ( kemunduran ) kepada para
pemalas, sehingga mereka terjebak oleh persepsi lingkungan nya ( fisis
determinism ) , wajar jika ia memandang bahwa perilaku-perilaku dirinya
terutama yang kurang baik , seperti ” gue mah jahat karena gue udah di
takdirkan jahat ” , padahal hal yang perlu di pahami adalah sadari lah
bahwa setiap orang dapat berubah , terutama dari cara pandang nya
terutama mengenai USAHA DAN TAKDIR.
selanjutnya mengapa USAHA tanpa TAWAKAL merupakan kesombongan yang tipis ?
karena, apabila kita
mengesampingkan allah swt dalam segala gerak-gerik usaha kita, tanpa
peduli siapa yang memberikan kekuatan dan nalar untuk bergerak atau
beribadah lalu kita beranggapan bahwa segala hasil yang di dapat murni
dari hasil kerja keras kita sehingga kita selalu memandang bahwa setiap
keberhasilan sejalan lurus dengan hasil usaha kita , karena kita
cenderung menumpukan segala sesuatu pada anggota badan, hingga apabila
segala nikmat itu kita yang menjemputnya tanpa merasa ada yang
memberikannya maka keadaan ini dapat membuat seseorang menjadi sombong,
walaupun tidak secara terang-terangan.
memang kita selayaknya patut berusaha se-maksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil-hasil terbaik karena orang yang hendak mengambil
rambutan ( baca : rezeki ) yang masih di pohon ( muka bumi ) , perlu
usaha-usaha meliputi keahlian memanjat ( ilmu nya ), sehingga dengan itu
ia dapat memetik hasil ( nikmat / kesuksesan ) sesuai yang ia inginkan
baik dengan memanjat langsung atau menggunakan alat . hal ini berbeda
pada kaum fatalis’ jabariya’ yang memandang bahwa dengan diam di bawah
pohon pun ( sikap pasrah ) keberhasilan kalau sudah di takdirkan untuk
nya pasti akan datang ( jatuh dari pohon ), namun waktunya hanya di
habiskan menunggu dan rezeki yang datang pun , kadang bersumber melalui
perantara orang lain ( hasil sedekah ), kadang buah rambutan (
kesejahteraan hidup ) yang di dapat amat sedikit sehingga hidupnya malah
bergantung pada orang lain. hal yang perlu di luruskan ialah USAHA pun
harus di ikuti dengan niat karena allah ta’ala , istiqomah dalam rangka
ibadah, dan paham bahwasanya usaha yang di lakukan segala gerak-gerik
dan ide cemerlang itu bersumber dari karunia allah ta’ala sehingga ia
tidak berpatokan pada hasil ( ambisius ) dan ia memandang usaha yang
dilakukannya pun ialah nikmat yang wajib di syukuri. hal yang saya
tekankan ialah jangan mematok ukuran nikmat-nikmat allah swt atau segala
bentuk keberhasilan dan kesejahteraan dari banyak nya harta, jangan
menjudge si anu miskin karena malas si anu kaya karena pendidikannya
tinggi, tidak seperti itu konteksnya, saya tulis ini sebagai bentuk
afirmasi diri dan sugesti untuk menjelaskan pemahaman yang keliru
mengenai penggunaan dalil-dalil takdir dan kesewenangan usaha manusia ,
agar saya khususnya fokus pada self-evaluation ( muhasabah )
mudah-mudahan dapat di pahami , bahwa usaha merupakan bagian dari
takdir allah swt sehingga dengan memahami hal itu kita selalu tawakal
dan lebih yakin atas rencana-rencana allah swt yang belum semuanya kita
pahami.