Sabtu, 05 November 2016

Pagi Hari ( kesiapan hati dan takdir illahi )

hendaknya setiap hamba tidak banyak disibukan dan dibebankan dengan segala rencana-rencana rumit yang hendak dilakukannya, lebih baik ia mempersiapkan hati nya , mengukuhkan jiwanya, dengan segala lautan takdir illahi yang hendak datang kepada dirinya, sehingga pada pagi hari hingga sore hari ia tetap istiqomah dan tetap kepada pandangan musyahadah atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya dan orang lain, dan hal itu tidak membolak-balikan perasaanya. hingga iman nya tetap mantap dan kukuh, jiwa nya tidak terpengaruh pada gejolak yang mempengaruhi ahwal dirinya.



hendaknya pada pagi hari, seorang hamba membekali dirinya dengan dzikir sesudah subuh sebagai sarana persiapan dalam perniagaan dunia untuk membeli nilai akhirat, duduk sebentar dan mengingatkan kepada jiwa nya bahwasanya ini ialah waktu yang ditetapkan terakhir kalinya , bilangan nafasnya telah ditetapkan, sehingga jiwanya tidak berpaling kepada tujuan niaga itu itu, modal umurnya tidak habis dengan hal yang sia-sia, dan pandangannya tetap lurus kepada amanah tuhan tanpa dibingungkan beragam persimpangan pemikiran.

hendaklah setiap mukmin yang ada di pagi hari tidak menunggu datangnya sore hari, begitu pun sebaliknya, nikmatilah waktu yang ditetapkan baginya sebagai modal yang mahal dan berharga, dirinya tidak disibukan dengan hal-hal yang masih ghaib, tidak menanti apa yang belum terjadi, menyikapi dirinya sebagai pengamat yang terlepas dari perilaku yang dapat menghanyutkan diri nya kepada lautan dunia yang bisa membingungkan pandangan hati nya, dan yang terpenting selalu ingat pada allah swt dan tidak tertipu atas bisikan nafsu nya. amin.

sebab suasana batin begitu dipengaruhi suasana dzahir,  sehingga ahwal ( motif atau dorongan ) mempengaruhi perilaku amal. sebab betapa pikiran mudah dipengaruhi suasana hati, yang dapat  mempengaruhi kepada gairah tindakan dan perbuatan serta segala rencana yang hendak dilakukan.  pandangan pada kekuatan dunia sebagai sebab dan pemberi kesan begitu kuat , sehingga keadaan hati seorang hamba mudah di pengaruhi oleh kesan-kesan dari setiap peristiwa yang dilihatnya, tumpuan pada pandangan semata sedang hati yang lupa menyebabkan segala kebahagiaan, ketergantungan, dan kepercayaan nya masih tertumpu pada  kejadian-kejadian yang datang kepada nya, terlebih kepada lautan takdir Nya.